Mencintaimu dalam Diam
Karya: Niswatul Khasanah
Aku sebenarnya ingin menulis kata-kata cinta tentangmu, pak. Tentang
bagaimana indahnya jalanku ketika kusadari untuk menyukaimu dalam diamku.
Tentang bagaimana cinta itu tak pernah ku akui sebagai cinta karena malu akan
banyaknya kaumku yang berada disekelilingmu. Tentangku yang dengan bodohnya
berharap dapat bersanding denganmu setidaknya bukan hari ini, tapi esok saat
aku dan kamu sama-sama siap. Lalu, aku hanya menulis kata-kata tanpa makna,
mungkin.
Pertama kali berjumpa, aku hanya gadis 18 tahun
yang belum tahu betul tentang apa itu cinta (kinipun sepertinya aku hanya tahu
dari novel dan sumber lain). Kau yang begitu bersinar- setidaknya untukku.
Dengan berbagai macam kelebihan yang mungkin baru kali ini aku menemukan
penyajian dengan cara yang berbeda.
Kemudian tentang perasaan itu. Ah, tapi itu
terjadi begitu saja. Aku tiba-tiba ada rasa denganmu dihari yang sama. Nyaman
mungkin alasan utama perasaan ini. Atau karena kekaguman yang dibalut oleh
kebodohan seorang remaja? Entahlah.
Aku bodoh ya. Kamu saja tidak begitu ku kenal pun sebaliknya. Tapi sore
itu sempat turun hujan dibawah mata ini karena kamu mengacuhkan pendapatku.
Cengeng. Kukira setelah itu kamu akan jadi orang yang sangat ku benci seumur
hidupku, setidaknya sampai aku lupa bahwa aku membencimu. Dan ramalanku
terpeleset gesturmu yang begitu berkharisma serta sifat pelupaku yang tiba-tiba
saja tak dapat kuajak berkongsi. Aku tetap pada rasa itu.
Aku ingin menertawakan diriku, sungguh. Malam yang sama saat rasaku
muncul, kukenalkan teman sekelasku (aku duduk dibangku kuliah semester 1)
padamu. Kukira kamu adalah orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang
saat itu dihadapinya. Tidak tahulah aku jika pada akhirnya hal itu membawa
hatinya pula untuk menyukaimu layaknya aku. Dan dengan senang hati seolah-olah
sainganku bertambah satu. Hahaha, aku memang sangat ingin tertawa. Bagaimana
tidak tertawa, aku yang lebih dulu mengenalmu, aku yang mengenalkanmu
dengannya, dan akhirnya dia yang lebih dekat denganmu.
Untung saja aku ini orang dengan tingkat PD diatas rata-rata pada saat
itu. Hingga sempat terlintas pikiran
kotor diotak kecilku ini, ‘Ah, biarlah
saja kau dekat dengan temanku, lagipula aku akan menjadi yang terakhir saja’.
Terlalu lucu jika kuingat lagi pikiran kotorku itu. Dan kucu juga jika teringat
awal masa perjumpaanku denganmu dan hatiku dengan asanya tentang sebuah rasa.
Efek: tiba-tiba
tergerak menulis karena rasa penyesalan keinginan menulisku teralihkan pada hal
lain. LK, 19/08/2017 : 22.43
Social Footer