Keberhasilan Kampus Mengubah Jalan Hidup Mahasiswa
Oleh: Pena Bulu
Sepertinya kampus telah berhasil mendoktrin mahasiswanya melalui slogan barunya, yaitu “Kampus Entrepreneur Religius”, sehingga output yang diperoleh mahasiswa dari kampusa dalah menjadi seorang pengusaha.
Terbukti, pada saat kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2019 ini, hampir semua mahasiswa yang terbagi menjadi 19 kelompok tersebut mampu mengeluarkan produk-produk yang kebanyakan adalah snack atau makanan ringan hasil olahan sendiri. Produk yang dihasilkan tersebut ditampilkan dalam acara bazar pada saat penutupan KKN di Kecamatan.
Memang sih, ada baiknya juga kampus STITMA mengubah jargon lama “Kampus Religi Tempat Solusi” menjadi “Kampus Entrepreneur Religius”. Karena dengan diubahnya jargon tersebut, mahasiswa mampu menjadi seorang wirausaha, iya meskipun hanya usaha kecil-kecilan, akan tetapi yang penting kan halal.
Namun demikian, ketika dipikir-pikir, ini adalah kampus Islam. Maka seharusnya yang harus ditekankan lebih dalam adalah bagaimana cara mengubah pola pikir mahasiswa yang instan menjadi seorang mahasiswa yang mampu berpikir lebih dalam, sedalam-dalamnya. Artinya, kampus harus mampu mengubah akhlak seorang mahasiswa menjadi lebih baik lagi.
Makanya, kalau kita tinjau kembali dari jargon lama “Kampus Religi Tempat Solusi” ini menunjukkan bahwa kampus STITMA menjadi solusi bagi seseorang yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, meskipun swasta. Ingat! Jangan dilihat kampus dari sisi luarnya saja akan tetapi dalamnya juga perlu dilihat secara detail.
Kalau toh jargonnya berubah menjadi kampus wirausaha, maka pantas saja mahasiswa di STITMA hampir semuanya pandai berjualan, baik berjualan makanan, pakaian, barang-barang elektronik dan masih banyak lagi. Dari hasil doktrinan yang secara lembut dan akhirnya mampu diterima oleh mahasiswa tersebut, meskipun mereka tidak sadar akan doktrinan itu sendiri. maka bisa dibayangkan bagaimana tingkah dosen-dosen, paling wes jingkrak-jingkrak karepe dewe, saking senenge.
Bagi mahasiswa yang biasa, maka itu ya di anggap biasa-biasa saja, seolah-olah tidak ada pengaruh terhadap dirinya. Padahal sebenarnya ada pengaruhnya, cuma diri ini tidak menyadarinya.
Social Footer