Breaking News

Mahasiswa Kritis adalah Salah Satu Bentuk Suul Adab

Mahasiswa dan dosen stitma

Oleh: Suara Mahasiswa

Ada sebuah istilah suul adab yang terucap dari berbagai kalangan mahasiswa. Mereka menganggap demo adalah suatu hal tidak pantas dilakukan oleh seorang mahasiswa. Padahal demo itu adalah bagian terpenting yang harus dilakukan mahasiswa ketika ada suatu kebijakan kampus yang dirasa memberatkan mahasiswanya.

Sebagai mahasiswa STITMA, tentunya akan sangat keberatan untuk melakukan demo di kampus. Sebab, kampus STITMA adalah kampus yang berlatar belakang agama islam, sehingga rasa-rasanya berdosa ketika demo di kampus, apalagi banyak dosen dengan latar belakang kyai.

Namun, bagi mahasiswa STITMA, selagi demo tersebut mendesak dan harus dilakukan, maka apapun yang akan terjadi demi kebaikan mahasiswa yang merasa dirugikan, maka demo harus tetap dilakukan.

Dengan demo, bukan berarti tidak hormat pada dosen, bukan tidak tunduk pada kyai, toh demo itu juga perlu dilakukan dengan berbagai alasan tertentu, yang terpenting demi kepentingan bersama bukan hanya sekadar kepentingan individu.

Maka, ketika merujuk pada beberapa bulan lalu ketika beberapa mahasiswa demo di kampus, ada banyak sekali mahasiswa yang mengatakan demo itu adalah suul adab, padahal di sini peran mahasiswa adalah sebagai agen of change, agen perubahan terhadap kondisi yang ada untuk menjadi lebih baik lagi.

Bayangkan saja, ketika demo di kampus ada 50 mahasiswa. Kemudian ada 1 atau 2 bahkan 3 mahasiswa yang mengatakan para pendemo adalah suul adab, secara tidak langsung mereka telah menyakiti hati para mahasiswa STITMA yang sedang melakukan demo.

Sebanyak 50 dari 1.000an mahasiswa melakukan demo, bayangan itu bisa dikatakan hanya segelintir mahasiswa yang melek akan keadaan, sadar dengan keadaan kampus yang sedikit amburadul. 50 mahasiswa melakukan demo dicaci maki, dikatakan suul adab padahal itu demi kepentingan bersama, demi kepentingan 1000 mahasiswa STITMA. Sedangkan 3 mahasiswa itu yang mengatakan suul adab juga merasakan dampak positifnya.

Mungkin di sini masih bisa dikatakan bahwa mahasiswa masih belum bersyukur dengan nikmat yang diberikan oleh Allah melalui mahasiswa demo tersebut.

Sementara itu, sebagian besar dari dosen mencoba membuat gerakan baru, dengan cara menghegemoni mahasiswa dengan cara memberikan asupan-asupan bahwa mahasiswa demo itu berarti tidak mempunyai akhlak, karena kyai, dosen kok di demo. Iya, terserah itu adalah sebuah pendapat, dan pendapat itu bebas, asalkan dijaga tata bicaranya. Kemudian mahasiswanya nurut sama dosennya, sehingga yang nurut sama dosen merekalah yang pantas untuk mendapatkan penghargaan.

Sebenarnya ini adalah suatu bentuk cara yang dilakukan dosen untuk mematahkan gerakan mahasiswa yang kritis terhadap kampus.

Untuk itu, mahasiswa kritis adalah salah satu bentuk suul adab, adalah kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan. Coba untuk mengintropeksi diri dulu, sebagai seorang mahasiswa apa yang telah dilakukan ketika ada kebijakan yang memberatkan mahasiswa, apakah hanya berdiam diri atau sekadar mengamati dan melakukan apa yang diinginkan dosen, sementara sebagai mahasiswa merasa sangat keberatan.

Advertisement

Cari sesuatu di sini

Close