Breaking News

Uang DU Melejit, Mahasiswa Menjerit



Oleh: Nofi Ristiyowati

"Semakin lama, STITMA kok semakin menyiksa ya?"

Demikian, satu dari banyaknya keluhan mahasiswa STITMA perihal tenggat waktu pembayaran yang semakin terkikis. Tidak mau peduli dengan keadaan mahasiswanya yang semakin meringis.

Tapi bagaimana dengan mahasiswa yang sekarang tengah bersenang-senang menikmati liburan? Apa itu yang disebut dengan mahasiswa semakin meringis?

Baiklah, begini. Untuk urusan itu saya tidak tahu menahu. Yang saya tahu, saya dan ratusan mahasiswa lainnya merasa semakin tersiksa dengan kebijakan kampus yang bukannya membuat mahasiswa semakin semangat, malah seolah terjerat. Bukannya meringankan, malah justru menambah beban.

Bulan lalu, baru saja kami semua dihadapkan dengan pembayaran dengan jumlah yang tidak bisa dikatakan sedikit. Dan bulan ini –tidak sampai bulan habis– kami juga dihadapkan dengan pembayaran daftar ulang yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya.

Ingin sekali mulut berkata kasar. Namun percuma, saya yakin tetap tidak akan didengar.

Terhitung kurang dari tiga hari lagi tenggat waktu pembayaran akan berakhir. Dan saya sendiri yakin, tak banyak mahasiswa yang sudah mengkonfirmasikan bukti pembayaran masing-masing. Karena memang mereka belum membayarnya, termasuk di antara mereka adalah saya.

Lama-lama saya merasa bukan jadi manusia di sini. Melainkan ATM berjalan sebagai sumber penghasilan kampus sendiri. Miris memang, tapi begitulah yang saat ini saya rasakan. Dan mungkin banyak mahasiswa yang juga berpikir demikian.

Demikian tulisan ringkas dari saya. Tulisan yang sengaja saya tulis bukan hanya sekadar dibaca, tetapi juga didengar. Tulisan yang semoga saja mampu mewakili keluhan teman-teman yang tidak mampu mengutarakan.

Terima kasih.

Advertisement

Cari sesuatu di sini

Close