Breaking News

Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini


Oleh: Nofi Ristiyowati

"Nanti kita sambat tentang hari ini." Tulisku di instastory. Agaknya mengeluhkan hari-hari yang berlalu penuh dengan tugas. Tugas yang tidak ada berhentinya.

Kebijakan pemerintah yang menganjurkan setiap aliansi pendidikan untuk meliburkan sementara kegiatan belajar mengajar, menjadikan kegiatan tersebut dialihkan ke sistem daring. Sekolah online, kuliah online, belajar online, atau apapun mereka menyebutkan. Yang kutahu ini kusebut sebagai tugas online.

Tidak ada pengajaran, hanya ada limpahan tugas yang diberikan. Tanpa pengarahan, tanpa penjelasan yang mungkin sangat dibutuhkan.

"Yang lagi liburan mukanya asem banget." Tatapanku beralih dari ponsel yang sejak seminggu yang lalu menjadi hal yang wajib berada di genggaman. Balas menatapnya dengan tatapan setan, horor.

Menghela napas sebelum menjawab, lagi-lagi aku mengeluhkan hari-hari yang berlalu di hadapan kakakku.

"Libur dari mana? Kan diberlakukan kuliah sistem daring."

Sebelah alisnya mengangkat, sepertinya belum paham dengan apa yang dimaksudkan.

"Daring, Kak. Dalam jaringan. Kuliah online gitu." Aku berhenti sejenak sembari menatapnya yang kali ini manggut-manggut, tanda ia sudah paham. "Bukan kuliah online sih, lebih tepatnya tugas online."

Tugasnya tiada hentinya dan semua harus sudah selesai sesuai dengan tenggat waktu yang ada.

Memijit kepalaku yang akhir-akhir ini sering merasakan pusing karena harus berlama-lama menatap layar ponsel, aku kembali berbicara setelah yakin tidak ada yang ingin kakakku sampaikan.

"Capek banget tau nggak sih, Kak? Pusing, belum juga aku harus beli tambahan kuota."

"Bilang aja minta beliin," sahutnya spontan memiting kepalaku. Membuatku mau tak mau harus menghidu aroma tak sedap dari ketiaknya.

"Enggak ya." Kutatap lagi ia dengan tatapan sengit. Enak saja main memiting kepala. Kalau jadi bodoh bagaimana?

"Terus?"

"Cuma mau mengeluh aja," ucapku kehabisan kata. Cukup ngetik saja yang banyak, ngomongnya nggak usah banyak-banyak.

"Pernah mikir dari sisi pengajarnya nggak?" Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. "Mereka juga pusing, bingung, harus dengan cara apa lagi selain memberi tugas biar anak didiknya tetap belajar."

"Mereka pusing juga?" Tanyaku, memasang tatapan sepolos anak bayi yang baru bisa menatap dunia untuk pertama kali.

Mendapati dia mengangguk mengiyakan pertanyaanku, aku mulai berbicara lagi. "Alhamdulillah," ucapku. Kali ini tersenyum lebar.

"Kenapa?" Tanyanya terlihat bingung.

"Aku jadi ada temen pusing, nggak pusing sendirian."

Pletak!

"Mimpi apa punya adek kaya kamu." Dan aku hanya menampakkan cengiran sebagai balasan.

Advertisement

Cari sesuatu di sini

Close