Breaking News

PERAN ORANG TUA DAN GURU DALAM PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MI AL-MUSTOFAWIYAH PALANG


Dinun Kamila  

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama 

Islam Nahdlatul Ulama’ 

Email : kamiladinun.99@gmail.com 

 

Khunik Khiyarotul Ummah 

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama 

Islam Nahdlatul Ulama’ 

Email : khunik99@gmail.com  

 

 

Abstrak   

Karakter merupakan suatu sifat yang dimiliki setiap individu dalam kehidupan. Dalam pendidikan suatu karakter menjadi faktor utama dalam mendukung suatu keberhasilan anak untuk masa depannya. Seseorang yang mempunyai wawasan penuh tentang pendidikan tidak menjamin kesuksesan untuk masa depannya, namun dengan adanya karakter yang baik dan terdidik akan mempermudah suatu rencana baik dalam masa depannya. Dalam hal ini, orang tua menjadi faktor terpenting dalam proses pembentukan karakter anak. Dimana seorang anak akan menghabiskan waktunya berlama-lama dengan orang tua dan keluarganya. Selain itu sebagai pendidik, guru juga berperan dalam proses pembentukan karakter anak. Berdasarkan bebepara hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dan guru sangat penting dalam proses pembentukan karakter terdidik pada anak. Sesuai dengan permasalahan yang peneliti temukan, bahwasanya masih terdapat peserta didik yang mempunyai karakter yang kurang terdidik. hal ini menjadi fokus peneliti untuk merubah peran guru dan orangtua tidak hanya tentang mendidik dalam hal akademik melainkan juga pada karakter anak. 

Kata Kunci: Karakter, Pendidikan, Peran, Guru, Orang Tua. 

1 PENDAHULUAN 

 Orang tua merupakan pendidik utama dan utama bagi anak. Pada umumnya suatu pendidikan dalam keluarga tidak lahir secara terstruktur dan kesadaran mendidik melainkan karena kodrati membrikan secara alami membangun situasi pendidikan. Terutama seorang ibu yang menjadi pendidik utama yang pertama bagi anak-anaknya. Tanggung jawab mendidik bagi setiap orang tua sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an, termasuk pendidikan tentang karakter atau akhlaq.  

 Suatu pendidikan pada anak tidak hanya tentang pendidikan dalam akademik, melainkan pada sosial dan karakter anak. Mengingat bahwa tujuan dari pada pendidikan adalah membentuk, membina, menyeimbangkan kepribadian anak. Sehingga pada saat anak mencapai tahap kedewasaan  ia dapat melaksankan kewajiban-kewajiban yang diberikan pada dirinya secara baik dan sempurna. Sejak anak dilahirkan, Islam telah memerintahkan kepada para pendidik untuk mengajari dasar-dasar kesehatan jiwa yang memungkinkan ia dapat menjadi seorang manusia yang berakal, berpikir sehat, bertindak penuh pertimbangan dan berkemauan tinggi. 

 Mengenai pendidikan karakter pada anak, keluarga menjadi faktor utama dalam membentuk karakter yang baik dan terdidik. Rumah merupakan tempat dimana seorang anak akan mengalami pembentukan pada karakter, dimana dalam perilaku keseharian anak akan memebntuk kebiasaan dan menjadi karakter yang akan dibawa oleh anak sampai ia menjadi dewasa. Pentingnya suatu karakter yang terdidik mengharuskan setiap orangtua memperhatikan perilaku anaknya, selain orangtua lingkungan tempattumbuh dan berkembang anak juga menjadi faktor terbentuknya karakter anak.  

 Selain peran orangtua, guru sebagai pendidik di dalam lingkup pendidikan anak juga memiliki tempat terpenting dalam proses pembentukan anak. Dimana dalam pendidikan, proses pembelajaran tidak hanya memberi materi tentang pendidikan intelektual atau akademik melainkan juga setiap perilaku dan karakter dari setiap guru akan ditiru dan ditangkap oleh anak. Hal tersebut mengharuskan setiap guru untuk lebih terdidik dalam berperilaku.   

 Penanaman suatu pembiasaan untuk membentuk karakter pada anak,dapat dimuali dengan membiasakan diri dengan sikap disiplin dan tanggung jawab akan kebiasaan sehariharinya. Selain itu, mengajarkan bahwa setiap manusia pasti membutuhkan manusia lainnya dengan itu anak akan berfikir untuk saling membantu pada teman-temannya ketika temantemannya kesusahan. Mereka akan terbiasa dengan sikap tersebut dan akan membentuk suatu karakter yang baik. Sebab, suatu karakter yang terdidik dan berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Dalam hal ini, banyak pakar yang mengatakan bahwa suatu kegagalan pembentukan karakter disebabkan oleh tidak adanya pembiasaan mendidik karakter anak sejak usia dini dan hal tersebut akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya nanti. 

 Adanya permasalahan tentang kurang baiknya pendidikan karakter pada siswa di MI Al-Mustofawiyah mulai dari sikap kurang menghargai pada guru ketika guru menjelaksan, kurang peka terhadap kebersihan lingkungan dan kurang disipilinnya mengenai tugas dan aturan yang diberikan. Hal tersebut menjadi permaslahan dan tanda tanya besar mengenai pendidikan karakter yang diterapkan dan diajarkan oleh guru dan orangtuanya dalam kesehariannya. 

 Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin membahas tentang pentingnya suatu peran dari orangtua dan guru sebagai pendidik dalam membentuk karakter anak. Sehingga pada hasil dan pembahasan yang ada peneliti ingin memfokuskan pada pembahasan tentang peran orangtua dan guru dalam proses pembentukan karaker siswa yang terdidik dan berkualitas.  

  

METODOLOGI 

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian terhadap suatu proses, peristiwa atau perkembangan dimana data yang dikumpulkan adalah berupa keterangan-keterangan kualitatif. Misalnya keterangan tentang pola asuh yang di berikan, atau keterangan tentang kegiiatan atau kebiasan yang terjadi di rumah. 

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data  sekunder. Data primer didapat dari hasil observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder  adalah data pendukung yang diambil dari dokumentasi. Dengan mengggunkan dua data tersebut, maka pembahasan pada penelitian akan terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.  

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data seperti catatan kegiatan, observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas responden dari tempat tinggalnya, peneliti juga menyiapkan lembar pengamatan untuk penilaian perilaku tertentu. Yang kedua peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data tentang daerah lokasi meliputi keadaan penduduk, keadaan anak usia sekolah, keadaan pendidikan orang tua. Dengan adanya data tersebut dapat meningkatkan keabsahan penelitian. Yang ketiga yakni teknik wawancara, pada teknik ini telah menyiapkan format pertanyaan sebelumnya yang akan di tanyakan kepada orang tua. 

Penelitian ini dilakukan di Desa Palang, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. 

Subjek yang akan diteliti adalah orang tua di Desa Palang, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Dalam penelitian ini tidak semua orang tua dijadikan subjek penelitian, tetapi peneliti akan memilih secara acak beberapa subjek yang akan diteliti. 

Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: 

1. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Dengan mengisi lembar pengamatan yang telah di buat oleh peneliti 

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab oleh peneliti terhadap informan, dengan berpedoman pada lembar wawancara yang telah disiapkan oleh peneliti. 

3. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan dokumentasi atau pengambilan data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh informan atau subjek   

Teknik analisis data yang digunakan peneliti melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan, reduksi data untuk mempermudah pengumpulan data dilapangan, penyajian data untuk melihat gambaran hasil penelitian dan kesimpulan penelitian.   

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 Pada penelitian ini, mengacu pada permasalahan yang ada di lapangan. Pada hal ini, tempat penelitian berlokasi di MI Al-Mustofawiyah Palang Kab. Tuban. Dengan objek penelitiannya dari peserta didik di MI Al-Mustofawiyah Palang. berlatar belakang masalah dari adanya beberapa karakter dari peserta didik yang kurang baik, dan peneliti melakukan penelitian bahwasanya adanya kurang perhatian dari orang tua masing-masing peserta didik menjadikan karakter kurang baik tersebut tumbuh pada diri peserta didik tersebut. 

 Berdasarkan beberapa data yang terkumpulkan, dapat disimpulkan bahwa suatu peran orang tua berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik yang dapat dijabarkan pada beberapa hal, antara lain : 1)  mendidik anak dengan memberikan contoh perilaku yang baik, 2) menegawasan terhadap smartphone, 3) melatih anak untuk membiasakan hal positif, 4) membiasakan anak untuk bersikap terbuka dengan mencoba menstimulus telling story, 5) meluangkan sedikit waktu bersama anak dan keluarga (quality time). 

 Pertama, peran orang tua mendidik anak dengan memberikan contoh perilaku yang baik. Pada dasarnya sifat seorang anak adalah peniru, setiap perilaku yang orangtua lakukan mayoritas anak akan menirukan dan apabila hal tersebut dilakukan setiaphari maka akan menjadi pembiasaan dan berlanjut pada pembentukan karakter yang akan melekat pada diri anak sampai ia dewasa. Beberapa hal tersbrut akan terlihat pada sikap dan perilaku peserta didik di kelas dan lingkungan sekolah. Ketika ia berinteraksi dengan teman-temannya di lingkungan sekolah.  

 Kedua, peran orang tua pada pengawasan terhadap smartphone anak. Di zaman yang serba canggih ini,mayoritas masyarakat dengan bebasnya memberikan smartphone kepada anaknya dengan alasan agar tidak tertinggal zaman, agar tidak rewel, dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut akan menumbuhkan sifat candu pada anak sehingga ia tidak aakan bisa jauh dari smartphone. Dalam penelitian yang dilakukan di lapangan, peneliti menyimpulkan 70% orang tua siswa MI Al-Mustofawiyah Palang masih mengontrol penggunaan samrtphone anak dengan tidak memberikannya ketika jam belajar di mulai. 

 Ketiga, membiasakan anak untuk melakukan hal-hal positif, seperti membersihkan tempat tidur sendiri, menyapu halaman, menyiapkan makanan dan peralatan sekolah sendiri, sholat tepat waktu, istiqomah mengaji, dan lain sebagainya. Beberapa hal tersebut apabila didukung dengan adanya perilaku membiasakan dari orang tua akan memebntuk karakter yang baik pula. Berdasarkan perilaku dan kebiasaan yang dilakukan siswa di sekolah dapat disimpulkan bahwa 50% dari seluruh orangtua siswa kurang dalam membiasakan hal-hal positif pada anak. Namun, hal tersebut juga dipengaruhi juga oleh teman dan lingkungan sekitar anak. 

 Keempat, adanya respon dan kepekaan orang tua dalam kegiatan sehari-hari siswa adalah salah satu pendukung dalam pembentukan karakter siswa. dalam hal ini, orang tua harus memberikan stimulus pada siswa agar ada kemauan untuk bercerita tentangkegiatannya sehari-hari, sehingga seorang anak akan merasa dekatdan hangat pada orang tua. Al tersebut juga akan menjadi baik jika didukung dengan adanya feedback dari orang tua kepada anak,sehingga orangtua akan mengerti akan permasalahn yang dihadapi anak ketika dilingkungan belajar atau bermainnya. 

 Kelima, adanya waktu orangtua untuk bersama dengan anak. Dalam suatu penelitian mengatakan bahwa quality time memang sangat penting untuk suatu hubungan keluarga, dimana dalam hal ini anak akan merasa diperhatikan sehingga akan menguatkan mental dan menjaga kesehatan jiwa anak. Pada hasil penelitian yang didapatkan, bahwa tidak banyak dari mereka kurang akan perhatian orang tua, sehingga dalam proses belajar mereka akan menganggu teman-temannya. Hal tersebut akan menghambat proses pembelajaran. 

 Selain beberapa hal tersebut, pola pengasuhan anak dalam keluarga juga menjadi faktor pendukung pembentukan karakter positif anak. Dimana pola pengasuhan pada anak erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga dalam hal mmebrikan perhatian, waktu, dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan sosial, fisik, dan mental anak-anak yang sedang dalammasa pertumbuhan dan perkembangan. Melalui pola asuh yang dilakukan olehorang tua, anak dapat belajar bahwa masih banyak hal, termasuk karakter untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna bagi setiap orang yang dampak akan terasa pada setiap orang yang akan kalian perlakukan. Artinya jenis pola asuhyangditerapkan oleh orangtua terhadap anaknya menentukan pola pikir dan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga. 

 Pembentukan karakter tidaklah dipengaruhi oleh peranan orangtua dalam mendidikanaknya, melainkan guru sebagai pendidik di lingkungan sekolah juga memepngaruhi proses pembentukan peserta didiknya. Sebab guru merupakan orang tua kedua bagi peserta didiknya. Betapa pentingnya peran yang dimiliki sehingga guru dinilai sebagai sosok berpendidikan yang diharapkan mampu mendidik anak bangsa dan membentuk generasi penerus bangsa berkarakter Indonesia. Guru tidak sekedar mendidik dan memebrikan materi akademik saja disekolah, melainkan lebih darisekedar itu dengan menerapkan dan menanamkan nilai-nilai positif pada peserta didik, karena guru merupakan role model bagi para siswanya. Dalam hal ini,ada beberapa hal yang dapat guru lakukan untuk mmebangun karakter siswanya, antara lain : 1) Memberi tauladan, 2) memberikan paresiasi atau penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi, 3) menyisipkan pesan moral dalam setiap pelajaran, 4) jujur dalam berperilaku dan berkata, 5) mengajarkan sopan santun, 6) menanamkan leadership agar anak terbiasa dalam membnagun karakter kepemimpinan, 7) menceritakan pengalaman inspiratif, 8) melakukan kegiatan literasi. Beberapa hal tersebut dapat dilakukan dengan baik dan koonsisten agar penanaman karakter yang terdidik pada peserta didik dapat tercapai. 

 

   

KESIMPULAN 

 Berdasarkan data yang dideskripsikan oleh penulis diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya suatu pendidikan sangatlah penting bagi anak bangsa. Selain adanya pendiidkan dalam segi akademik seorang anak juga harus dididik dalam segi karakter. Dalam hal ini, peran orang tua dan guru sebagai tokoh utama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak dikatakan sangatlah penting. Ada beberapa tahapan atau langkah dimana hal tersebut dapat dilalukan oleh orang tua untuk membentuk karakter terdidik seorang anak, antara lain : 1)  mendidik anak dengan memberikan contoh perilaku yang baik, 2) menegawasan terhadap smartphone, 3) melatih anak untuk membiasakan hal positif, 4) membiasakan anak untuk bersikap terbuka dengan mencoba menstimulus telling story, 5) meluangkan sedikit waktu bersama anak dan keluarga (quality time). 

 Selain orang tua, guru juga sangat berpengaruh dalam proses pembentukan karakter anak. Sebab seorang guru tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja disekolah, melainkan lebih dari sekedar itu dengan menerapkan dan menanamkan nilai-nilai positif pada peserta didik, karena guru merupakan role model bagi para siswanya. Dalam hal ini,ada beberapa hal yang dapat guru lakukan untuk mmebangun karakter siswanya, antara lain : 1) Memberi tauladan, 2) memberikan paresiasi atau penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi, 3) menyisipkan pesan moral dalam setiap pelajaran, 4) jujur dalam berperilaku dan berkata, 5) mengajarkan sopan santun, 6) menanamkan leadership agar anak terbiasa dalam membnagun karakter kepemimpinan, 7) menceritakan pengalaman inspiratif, 8) melakukan kegiatan literasi. 

 

   

DAFTAR PUSTAKA 

Maifani, Felia. 2016. Peranan Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak Sejak Dini di  Desa Lampoh Tarom Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Universitas  Islam Negeri Ar- Raniry Darussalam- Banda Aceh. 

Nurkholifa, Siti. 2023. Peran Guru dalam Membangun Karakter Siswa. Pasuruan : SMP  Bhinneka Tunggal Ika 

Prayoga, Dicky. 2023. Pentingnya Peran Orang Tua Membentuk Karakter pada Anak  melalui Al-Qur’an. Prgram Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka


Advertisement

Cari sesuatu di sini

Close