Breaking News

Cut Nyak Dhien dalam Semangat Kemerdekaan

 

Sumber : https://voi.id/memori/46131/popularitas-kartini-melampaui-cut-nyak-dhien

    Cut Nyak Dhien adalah seorang pejuang wanita berasal dari Aceh. Lahir pada tahun 12 Mei 1848 Kabupaten Aceh Besar. Cut Nyak Dhien menikah dua kali dan semua suaminya gugur dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Anaknya bernama Cut Gambang juga turut gugur bersama suaminya Teuku Mayet di Tiro pada akhir tahun 1910.

     Cut Nyak Dhien berperang melawan penjajah selama 20 tahun dengan strategi bergerilya namun, perjuangan itu harus padam akibat kepenghianatan yang dilakukan oleh bangsanya sendiri. Sungguh perjuangan tak kenal lelah. Cut Nyak Dhien juga seorang pemimpin berwibawa tinggi, mampu membakar semangat juang pasukannya sampai mereka mengucapkan sumpah setia dengan mengucapkan : "Langkahi dahulu mayat kami sebelum menangkap Cut Nyak Dhien". Kecerdasan dalam berperang terlihat ketika langkah-langkah gerilyanya tak mampu dibendung oleh penjajah Belanda, jika saja tak ada penghianatan oleh salah satu pasukannya kemungkinan besar akan sangat sulit menangkapnya. Alasan cinta tanah air menjadi penguat untuk selalu melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Bangsa yang sudah dirawat oleh leluhur tak boleh dengan sembarangan diinjak-injak harga dirinya. Agama sebagai petunjuk Ilahi, bagaimana seharusnya manusia mempertahankan hak-haknya yang secara paksa diambil oleh manusia lainnya yang tidak bertanggung jawab.

      Dari kisah perjuangan Cut Nyak Dhien bisa kita ambil pelajaran bahwa seharusnya kita mampu menjunjung tinggi nilai harkat dan martabat bangsa, cinta tanah air menjadi senjata pusaka paling sakti yang dimiliki warga negara. Gagalnya perjuangan Cut Nyak Dhien menjadi pelajaran berharga bahwa bangsa besar ini bisa runtuh dan hancur karena kepenghianatan yang dilakukan oleh warga negaranya sendiri. Para pejabat tak lagi peduli dengan nasib rakyatnya, segala bentuk sumpah dibawah kitab suci dijadikan formalitas diri untuk melancarkan berdirinya kekuasaan. Lahirnya undang-undang yang tidak pro rakyat seolah-olah menjadikan penderitaan masyarakat sebagai tontonan menyenangkan. Kita tentu tahu bahwa didirikannya sebuah negara adalah untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya bukan malah menindas dengan congkak tanpa rasa bersalah. Jual beli suara, suap menyuap petinggi negara, korupsi seakan-akan menjadi tradisi bagi bangsa ini. Lupa bahwa bangsa Indonesia didirikan melalui pengorbanan panjang, tetesan darah tiada henti. Banyaknya para aktivis membelot dari membela kebenaran, keadilan menjadi membela partai dan tunduk pada tuan partainya.

        Aset-aset bangsa diharapkan mampu dikelola kita sendiri agar hasilnya bisa digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Wakil-wakil rakyat lebih bisa aktif menyuarakan aspirasi masyarakat tanpa ada kepentingan pribadi.

     Perjuangan bangsa Indonesia tidak lagi mengangkat senjata tetapi berperang melawan kebodohan lewat memajukan ilmu pengetahuan dan mensejahterakan masyarakat dengan cara melawan kemiskinan melalui menstabilkan perekonomian.

       Dihari kemerdekaan ini kita tentu berharap bangsa Indonesia akan menjadi lebih maju, para pejabat tak lagi korupsi, guru dan pendidikan lebih diperhatikan agar tercipta generasi kuat, generasi cerdas yang mampu memajukan peradaban bangsa dikemudian hari.


Penulis : Faiful Mukhsani

Editor : Akhsanu Amala

Advertisement

Cari sesuatu di sini

Close