Breaking News

Ronggolawe, Benarkah Memberontak?

Sumber gambar: sindonews

lpmmakhibra.com - Ahad 12 November 2023 adalah ulang tahun kota Tuban yang ke 730 tahun. Kota Tuban mempunyai beberapa sebutan mulai dari makanan seperti kota Siwalan, minuman ada Legen, tokoh-tokoh seperti Tuban kota Wali dan yang sarat dengan sejarah kota Tuban yaitu Tuban bumi Ronggolawe.

Dalam memperingati hari jadi kota Tuban ini saya tertarik untuk menulis tentang Ronggolawe dengan semua sepak terjangnya yang memang benar-benar hebat menurut saya pribadi dan saya pribadi mempunyai pendapat lain bagaimana sosok Ronggolawe.

Tulisan berupa opini ini hasil pemahaman dari beberapa sumber baik berupa tulisan, film, maupun narasi berbentuk video-video yang ada di media sosial seperti YouTube.

Ronggolawe sosok hebat yang ikut membangun salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yaitu Majapahit. Ronggolawe mendapatkan jabatan dari Raden Wijaya sebagai Adipati Tuban karena jasanya begitu besar dan salah satunya telah membantu mengalahkan pasukan Mongol. 

Suatu ketika Ronggolawe melakukan tindakan yang dianggap kurang pantas dilakukan. Tindakan yang dilakukan oleh Ronggolawe berdasarkan pengangkatan raja Wijaya kepada salah satu abdinya.

Dari berbagai sumber mengatakan bahwa Ronggolawe tidak setuju dengan keputusan raja Wijaya yang mengangkat nambi sebagai rakryan patih, jabatan paling tinggi dalam struktur pemerintahan kerajaan di bawah raja. Menurutnya jabatan itu lebih pantas diberikan kepada pamannya Lembu Sora karena dianggap Lembu Sora jasanya lebih besar jika dibandingkan dengan Nambi.

Ronggolawe yang mempunyai sifat blak-blakkan dan tidak kenal kompromi melakukan protes keras terhadap raja Wijaya namun, tindakan itu mendapat tanggapan keras dari para punggawa kerajaan bahkan oleh pamannya sendiri yaitu Lembu Sora. Ronggolawe akhirnya keluar dari istana tetapi tidak langsung kembali ke Tuban melainkan menantang Nambi sebagai pembuktian siapa yang paling digdaya.

Tak disangkanya ternyata pamannya Lembu Sora yang keluar dan membuat terkejut dirinya. Didepan pamannya Ronggolawe mengatakan bahwa dia menyesal atas tindakannya dan akhirnya kembali ke Tuban. 

Di Majapahit sebagian pasukan kerajaan yang pernah dibawah kepemimpinan Ronggolawe secara diam-diam pergi ke Tuban dan memilih setia pada tuannya akan tetapi rencana tersebut diketahui pihak kerajaan dan menganggap itu adalah upaya makar. Pada akhirnya peperangan tidak dapat dihindari, peperangan itu terjadi di tepi sungai Brantas dan kemenangan dipihak Majapahit namun, masih ada pasukan yang selamat melewati sungai Brantas dan melaporkan kejadian tersebut pada Ronggolawe.

Berangkatnya sebagian pasukan Majapahit ke Tuban adalah para prajurit yang setia terhadap Ronggolawe namun, keberangkatan mereka tidak diketahui oleh Ronggolawe bahkan Ronggolawe sendiri tidak pernah terpikirkan akan hal itu. Ronggolawe baru mengetahui dari pasukan yang selamat dari pertempuran yang berada di sungai Berantas.

Dari peristiwa ini bisa dikatakan bahwa Ronggolawe memang tidak pernah ada niatan untuk memberontak terhadap kerajaan Majapahit karena jika memang ada niatan untuk memberontak tentu Ronggolawe sudah menyiapkan strategi untuk melawan Majapahit dan Ronggolawe sendiri jelas mengetahui perginya sebagian pasukan yang pernah dibawah kepemimpinannya, pergi ke Tuban. 

Ronggolawe hanya melakukan perlawanan untuk membela diri dari serangan Majapahit. Ronggolawe tidak pernah ingin menggantikan kepemimpinan raja Wijaya, tidak melakukan tindak kekerasan terhadap warga sebagai bentuk teror, tidak ada perbedaan dalam ideologi baik dari Ronggolawe maupun raja Wijaya(pemerintahan) selain itu Ronggolawe tidak anti terhadap pemerintahan Majapahit. 

Suatu gerakan bisa dikatakan pemberontak jika gerakan tersebut ingin mengganti kepemimpinan yang sah, anti terhadap pemerintahan yang sah, berlawanan ideologi, melakukan teror-teror terhadap masyarakat serta melakukan penyerangan sebagai bentuk memperlihatkan kekuatan dan bukan sebagai pembelaaan.

Berita tentang pemberontakan Ronggolawe pun masih simpang siur alias tidak ada kejelasan di dalamnya. Pemerintahan Majapahit merasa bahwa Ronggolawe akan melakukan pemberontakan karena tindakannya saat berada di istana Kerajaan.

Yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah Ronggolawe bahwa apapun itu perang saudara tidak akan memberikan dampak positif atau kemajuan peradaban tetapi malah akan menghancurkan ke-dua belah pihak. Kita pernah menjadi korban Devide Et Impera yang dilakukan oleh penjajah sehingga kita mudah dihancurkan dan kehancuran itu berasal dari dalam jadi artinya kehancuran yang berbahaya adalah kehancuran yang berasal dari dalam.

Di era globalisasi ini pengaruh budaya dari luar tidak bisa dibendung tetapi yang bisa dilakukan adalah bagaimana cara kita menghadapi pengaruh budaya tersebut. Peran semua pihak dibutuhkan untuk tetap menjaga persatuan dan kemajuan bangsa.

Pendidikan ilmu pengetahuan sekaligus penekanan terhadap ajaran-ajaran moral, pembentukan akhlakul karimah, menjadi tugas utama yang harus dilakukan. Negara harus bertindak tegas terhadap pejabat-pejabat yang mengkhianati janji-janji mereka.

Penulis : Faiful Mukshani

Advertisement

Cari sesuatu di sini

Close