Breaking News

Media Sosial dan Budaya Populer: Perubahan Lanskap Media dan Pengaruhnya terhadap Opini Publik.

      Media sosial telah merevolusi cara kita berkomunikasi, berinteraksi, dan bahkan mengonsumsi budaya populer. Platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube bukan hanya menjadi alat untuk berbagi informasi, tetapi juga menjadi ruang pembentukan opini publik yang sangat kuat. Perubahan lanskap media yang ditandai dengan peralihan dari media tradisional ke media sosial ini telah membawa dampak besar, baik dalam hal aksesibilitas informasi maupun dalam cara kita memahami budaya populer.

       Salah satu dampak utama dari kehadiran media sosial adalah kemampuan untuk menyebarkan tren budaya dengan kecepatan yang luar biasa. Apa yang dulu membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan tahun untuk berkembang dalam masyarakat kini bisa viral dalam hitungan jam. Musik, film, fashion, dan bahkan perilaku sosial kini bisa mencuat dengan cepat berkat konten yang dibagikan secara luas melalui platform-platform ini. Selebritas, influencer, dan pengguna biasa bisa mempengaruhi preferensi dan selera masyarakat hanya dengan satu postingan.

       Namun, dalam kegembiraan kemudahan akses dan partisipasi yang ditawarkan oleh media sosial, muncul pula fenomena homogenisasi budaya. Tren yang populer sering kali datang dengan tuntutan untuk mengikuti aliran yang sudah ada, yang pada gilirannya mengurangi ruang untuk ekspresi pribadi atau keragaman budaya. Media sosial menciptakan "bubble filter" di mana algoritma cenderung menyajikan konten yang sejalan dengan pandangan atau preferensi kita, sehingga memperkuat opini yang sudah ada dan mengurangi peluang untuk mendengarkan perspektif yang berbeda.

      Di sisi lain, media sosial juga mempercepat proses pembentukan opini publik. Berita dan isu politik yang awalnya terbatas pada kanal media mainstream kini bisa langsung dibahas dan dibagikan oleh siapa saja. Isu sosial, seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, atau gerakan sosial lainnya, mendapat perhatian luas karena kemampuan media sosial untuk menghubungkan individu dari berbagai belahan dunia. Ini memberikan ruang bagi aktivisme digital, namun juga membuka peluang untuk disinformasi atau propaganda yang dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat.

       Pada akhirnya, meskipun media sosial membuka peluang besar untuk mempercepat diseminasi budaya populer dan membentuk opini publik, kita juga harus menyadari dampak negatif yang mungkin timbul. Ketergantungan pada algoritma, penyebaran hoaks, dan peredaran konten yang tidak akurat bisa mengubah cara kita berpikir dan bertindak secara negatif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap kritis dan selektif dalam mengonsumsi informasi, serta menjaga keberagaman dalam berinteraksi dengan budaya yang ada di dunia maya.

    Dengan kata lain, media sosial telah membentuk budaya populer dalam cara yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya, namun itu semua tergantung pada bagaimana kita menggunakannya, apakah untuk membangun wawasan yang lebih luas atau sekadar mengikuti arus tanpa pemikiran kritis.

Penulis : Lailatun Ni'mah (Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah, Smt.3)

Cari sesuatu di sini

Close