Merakurak, Tuban – Perubahan lanskap media di era digital telah membawa dampak signifikan pada kehidupan masyarakat, termasuk di Kecamatan Merakurak, Tuban, Jawa Timur. Media sosial tidak hanya menjadi alat komunikasi tetapi juga ruang untuk mengekspresikan budaya lokal dan membentuk opini publik.
Pelestarian Budaya Lokal: Media sosial, seperti Instagram dan TikTok, menjadi alat untuk mempromosikan tradisi seperti seni tayub dan ritual tumpengan. Generasi muda kini lebih tertarik berpartisipasi setelah melihat budaya ini dalam konten online.
“Dulu, generasi muda kurang tertarik pada budaya lokal, tetapi sekarang banyak dari mereka ikut terlibat setelah melihat kontennya di media sosial,” ungkap Suparti, seorang pegiat budaya dari Merakurak.
Pengaruh Opini Publik: Diskusi di grup media sosial mendorong kesadaran akan pentingnya melestarikan situs-situs bersejarah. Kampanye digital berhasil meningkatkan dukungan masyarakat.
“Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian budaya meningkat sejak mereka aktif berdiskusi di media sosial,” ujar Hadi Susanto, seorang tokoh masyarakat setempat.
Pengaruh Budaya Populer: Tren global, seperti K-Pop, menggeser minat anak muda dari tradisi lokal. Kekhawatiran akan hilangnya identitas. budaya menjadi tantangan serius.
“Anak-anak muda sekarang lebih sering menari ala K-Pop daripada belajar tayub. Ini tantangan besar bagi kami,” tambah Suparti.
Tantangan Literasi Digital: Penyebaran hoaks melalui media sosial menjadi masalah, sehingga pelatihan literasi digital diperlukan untuk membantu masyarakat memilah informasi.
“Kami sering mengadakan pelatihan literasi digital di desa-desa untuk membantu masyarakat memilah informasi,” kata Ridwan, salah satu relawan pendidikan di Merakurak.
Masyarakat Merakurak dihadapkan pada tantangan menjaga budaya lokal di tengah pengaruh media sosial dan budaya global. Generasi muda diharapkan tidak hanya mengikuti tren digital, tetapi juga menghargai dan melestarikan tradisi. Dengan dukungan semua pihak, budaya lokal Merakurak dapat berkembang dan diterima di era digital.
Penulis : Siti Nur Avivah (Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah Semester 3)
Social Footer