Tuban, 19 November 2024 – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, Madrasah Aliyah Manbail Futuh Beji, Jenu Tuban, mengalami dilema yang cukup unik antara kebijakan sekolah yang mengizinkan penggunaan ponsel dan kebijakan pondok pesantren yang melarang penggunaan perangkat elektronik tersebut. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri bagi para santri dalam menyeimbangkan kebutuhan akan teknologi dengan nilai-nilai tradisional pesantren yang lebih mengedepankan kedisiplinan dan fokus pada kegiatan agama.
Di madrasah, para santri diberikan izin untuk menggunakan ponsel selama kegiatan belajar, baik untuk mencari bahan ajar, memeriksa email, atau berkomunikasi dengan keluarga. Hal ini dianggap sebagai cara yang efektif untuk mendukung proses pembelajaran, di mana teknologi menjadi alat bantu yang mempermudah akses informasi. Namun, di pondok pesantren tempat para santri tinggal, kebijakan yang diterapkan sangat ketat. Para santri tidak diizinkan untuk membawa ponsel selama tinggal di pesantren, demi menjaga konsentrasi mereka dalam beribadah dan menjalani aktivitas keagamaan, serta mencegah gangguan yang bisa timbul akibat media sosial.
Kebijakan berbeda antara sekolah dan pondok pesantren ini membuat para santri beradaptasi dengan kondisi yang ada. Banyak santri yang memanfaatkan waktu di sekolah untuk meminjam ponsel teman yang tidak mondok, hanya untuk dapat mengakses media sosial dan berkomunikasi dengan orang tua. “Saat di sekolah, saya bisa menggunakan ponsel teman untuk mengakses informasi atau sekadar berbicara dengan orang tua. Namun, begitu kembali ke pesantren, saya harus meletakkan ponsel dan berfokus pada kegiatan pesantren,” ujar Sarah, seorang santri kelas XI yang merasakan manfaat besar dari akses teknologi dalam kehidupan belajarnya.
Namun, meskipun banyak santri yang merasa bahwa penggunaan ponsel dapat membantu mereka dalam proses belajar dan menjaga hubungan dengan keluarga, kebijakan pondok pesantren ini tetap mendapatkan dukungan penuh dari pihak pengasuh. Ustadz Muhtadi, pengasuh Pondok Pesantren Manbail Futuh, menegaskan bahwa larangan membawa ponsel bertujuan untuk menjaga fokus santri pada ibadah dan kegiatan spiritual yang menjadi inti dari kehidupan pesantren. "Kami ingin para santri lebih fokus dalam kegiatan spiritual tanpa adanya gangguan dari dunia luar. Penggunaan ponsel bisa menjadi distraksi yang mengalihkan perhatian mereka dari tujuan utama di pesantren," ujarnya.
Namun, di sisi lain, ada juga pandangan dari beberapa santri yang merasa bahwa ponsel dapat dimanfaatkan untuk hal-hal positif jika digunakan dengan bijak. ,Fitri seorang santri yang aktif menggunakan media sosial, mengungkapkan bahwa dengan pengawasan yang tepat, ponsel bisa digunakan untuk mengakses dakwah online, mencari materi tambahan untuk pelajaran, atau bahkan berpartisipasi dalam diskusi seputar agama. “Dengan pengawasan yang bijak, ponsel bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk menambah wawasan, terutama dalam hal keagamaan,” ujar Fitri.
Dilema ini mengundang berbagai pendapat terkait bagaimana teknologi seharusnya digunakan dalam lingkungan pesantren. Beberapa pihak berpendapat bahwa penggunaan ponsel yang terbatas di sekolah dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran dan komunikasi dengan dunia luar. Sebaliknya, ada juga yang menganggap bahwa kebijakan pondok pesantren yang melarang penggunaan ponsel tetap perlu diterapkan, agar santri dapat menjaga kedisiplinan dan fokus pada tujuan spiritual mereka.
Penting bagi pihak sekolah dan pesantren untuk berkomunikasi dan mencari jalan tengah dalam menghadapi permasalahan ini. Sebuah solusi yang mungkin bisa diterapkan adalah dengan memberikan pelatihan penggunaan ponsel yang bijak kepada para santri. Pelatihan ini dapat mencakup pemahaman tentang penggunaan teknologi yang tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk tujuan yang lebih bermanfaat, seperti pendidikan agama, dakwah online, atau mencari ilmu pengetahuan tambahan.
Selain itu, pengawasan yang ketat dalam penggunaan ponsel juga bisa membantu menghindari dampak negatif dari media sosial. Pembatasan waktu penggunaan ponsel dan pembatasan akses ke media sosial selama waktu tertentu juga dapat menjadi solusi yang efektif untuk memastikan santri dapat tetap terhubung dengan dunia luar tanpa mengabaikan tujuan utama mereka di pesantren.
Di tengah dinamika perubahan lanskap media sosial, Madrasah Aliyah Manbail Futuh Beji, Jenu Tuban, berkomitmen untuk menciptakan keseimbangan yang tepat antara penggunaan teknologi yang bermanfaat dan pelestarian nilai-nilai agama yang menjadi landasan pesantren. Para santri diharapkan dapat memanfaatkan media sosial dengan bijak, tanpa mengorbankan kedisiplinan dan spiritualitas mereka.
Melalui pendekatan yang bijaksana, sekolah dan pesantren dapat menemukan solusi yang mendukung perkembangan teknologi sekaligus menjaga kualitas pendidikan agama dan kedisiplinan santri. Madrasah Aliyah Manbail Futuh berharap, di masa depan, para santri akan mampu mengintegrasikan dunia digital dengan nilai-nilai pesantren, sehingga menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga matang dalam spiritualitas.
Penulis : Latifah Fianur Laila(Mahasiswa prodi Manajemen Dakwah Semester 3)
Social Footer