Breaking News

Ketika Kebaikan Tak Mengenal Arah

 




Ketika Kebaikan Tak Mengenal Arah


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan sosok yang senantiasa hadir untuk banyak orang, memberikan bantuan, semangat, bahkan harapan. Ia menyalakan cahaya di banyak ruang, di banyak malam, meskipun ruang dan malam itu bukan miliknya. Sosok ini tampak mulia dan menginspirasi, namun di sisi lain, ada cerita yang jarang terlihat: seseorang yang menanti cahaya itu datang padanya, tapi justru hanya merasakan sisa terangnya dari jauh.


Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan memang tak selalu berpihak, dan tak semua yang memberi terang menyadari siapa yang sedang menantinya dalam gelap. Ada luka yang tumbuh, bukan karena dunia ini kekurangan orang baik, tapi karena kebaikan itu tidak hadir pada waktu dan tempat yang diharapkan. Ini bukan tentang menuntut balasan, tetapi tentang kehadiran yang diabaikan, tentang asa yang tidak tersapa.

Kebaikan yang tak mengenal arah bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menyelamatkan banyak orang. Di sisi lain, ia meninggalkan seseorang yang merasa cukup dekat namun tak pernah disapa. Luka itu diam, dalam, dan seringkali tak terlihat. Ia muncul dari harapan yang tak pernah dipenuhi, dari nama yang tak pernah dipanggil meski terus menanti untuk dikenal.

Namun demikian, langkah mereka yang terus menebar manfaat tetap layak dihormati. Tidak semua orang mampu bergerak tanpa pamrih. Tidak semua orang bisa menjadi cahaya yang tak menuntut balasan. Hanya saja, dalam proses memberi, kadang penting juga untuk melihat ke sekitar, agar tak ada yang merasa dilupakan di tengah terang yang kita sebarkan.


Menjadi baik memang mulia. Namun menjadi baik sekaligus peka adalah bentuk kemanusiaan yang lebih utuh. Kebaikan tidak harus memilih, tapi ia perlu mengenal. Bukan sekadar untuk membalas harapan, tapi untuk memastikan bahwa cahaya yang kita tebarkan tidak hanya menyinari banyak ruang, tetapi juga menyentuh jiwa.


Penulis : Sri lestari 

Cari sesuatu di sini

Close