Mandirejo, 19 Juli 2025 - Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 09 IAINU Tuban melakukan wawancara langsung dengan Bapak Nursam, mantan Kepala Dusun Pangklangan, untuk menggali cerita rakyat terkait asal-usul Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Kegiatan ini dilakukan pada Sabtu, 19 Juli 2025, di wilayah desa setempat.
Desa Mandirejo terdiri atas tiga dusun, yakni Pangklangan, Mendalan, dan Kebondalem. Nama "Mandirejo" sendiri memiliki makna yang unik dari beragam versi.
Menurut Bapak Nursam, nama Mandirejo dikaitkan dengan keberadaan pohon besar yang bernama "Mandiro". Kata "Rejo" ditambahkan karena masyarakat percaya bahwa pohon tersebut membawa energi positif dan keberkahan (memberikan banyak oksigen karena pohonnya besar dan daunnya lebat) pada daerahnya. Dari sinilah muncul nama Mandirejo.
Tetapi Cerita yang masyhur di kalangan masyarakat menyebut bahwa nama 'Mandirejo' terbentuk dari dua kata dalam bahasa Jawa, yakni 'mandi' yang berarti pemandian, dan 'Rejo' yang berarti ramai. Gabungan dua kata tersebut menggambarkan sebuah tempat pemandian yang ramai, karena dulunya desa ini dikenal sebagai lokasi pemandian alami yang sering dikunjungi masyarakat.
Ketiga dusun di Mandirejo juga memiliki kisah asal-usul yang khas:
1. Dusun Mendalan berasal dari nama seorang janda bernama Mendolo yang dahulu tinggal di daerah tersebut. Nama tersebut lambat laun berubah menjadi Mendalan dan kini dikenal sebagai Mendalan.
2. Dusun Kebondalem memiliki kisah yang unik. Konon, dahulu ada seekor kerbau (kebo) yang hilang dan masuk ke wilayah ini tanpa diketahui pemiliknya. Warga sekitar menyebutnya sebagai kebondalem, yang berarti "kerbau itu milik saya." Dari sinilah nama Kebondalem berasal.
3. Dusun Pangklangan dikaitkan dengan cerita seorang prajurit yang angklang (merantau atau menjajah). Kisah ini memberi nama daerah tersebut sebagai Pangklangan.
Kegiatan pelestarian cerita rakyat ini menjadi bagian dari program kerja KKN Kelompok 09 IAINU Tuban dalam upaya menggali dan mendokumentasikan nilai-nilai budaya lokal yang ada di Desa Mandirejo. Diharapkan, cerita-cerita rakyat yang diwariskan secara lisan ini tidak hilang ditelan zaman, melainkan tetap hidup dan dikenang oleh generasi muda sebagai bagian dari identitas dan kekayaan sejarah desa mereka.
Penulis : Mahmudatul Munawaroh
Social Footer